Perang itu disebut Belanda sebagai Gorong Oorlog atau the battle of Gorong. adalah rangkaian dari perang 30 tahun Sultan Nuku. lebih dari saparuh masa perang Nuku terjadi di Seram Timur. Orang-orang Seram Timur terkenal yang paling loyal dalam melindungi Nuku dari kejaran Belanda dan Ternate.
Belanda cukup frustasi kehilangan banyak gulden, pasukan, dan stabilitas perdagangan di kawasan timur saat pengejaran Nuku. untuk itu, dibutuhkan pasukan yang lebih besar dengan aramada yang kuat. maka pada 1789 tiga buah kapal didatangkan dari Belanda ke Batavia untuk menyiapkan ekspedisi ke Maluku.
Ekspedisi di Pimpin Laksamana senior A.H.C. Straring yang saat itu sedang dalam perang dengan Sultan Palembang, dipanggil ke Batavia untuk kemudian menunggu kedatangan tiga kapal dari Negeri Belanda.
Desember 1790 armada dari Batavia menuju Ternate. total ada 4 Kapal dengan 700 pasukan Belanda. 4 kapal itu adalah:Kapal Thetis, Bellona, Markurius dan Swalluw. masing-masing dipimpin Kapten Silvester, Kapten Hartman, Kapten Isaak Welter Gobius, dan Kapten Wolterbeek. semua dibawah komando Laksamana Straringh.
Armada tiba di Ternate pada Januari 1791 dengan terlebih dahulu singgah di Makassar. 3000 pasukan ternate begabung menuju Ambon. Residen Ambon dan Saparua manambah beberapa kora-kora lokal untuk bergabung dalam pasukan menuju Banda.
Mei 1791 pasukan besar itu menuju Pulau Gorom titik dimana Sultan Nuku berada. Nuku yang sebelumnya berada di Negeri Rarackit/Kilbat saat ini, harus memusatkan titik kumpul pasukan disana. Nuku ditemani dua orang kepercayaan:Orangkaya Lukman dari Negeri Kelu dan Imam Sarasa dari Negeri Geser. setahun sebelumnya, kepala dua orang ini dihargai 500 gulden masing-masing bagi yang bisa membunuh mereka. harga kepala sultan Nuku 1000 gulden.
Pasukan Straringh terlebih dahulu membakar beberapa negeri di seran rey, Geser, urung, guli-guli, kilmuri. setelah itu menuju titik utama. Gorom.
Beberapa Kampung seperti Ondor, Kataloka, dan sekitarnya menyambut tepat di depan Negeri Ondor. Belanda membakar beberapa desa dan merebut benteng lokal di Dullah, Ondor dan Kelalir. Setelah itu menuju Kataloka dimana konsentrasi Nuku dan sebahagian besar pasukannya berada.
23 Mei 1791 pucak pertempuran terjadi di pantai Kataloka. Dua Kapal utama Belanda di bakar. Kapten Gobius terjebak di sungai kecil antara Ondor dan Kataloka. pasukan Nuku dan Raja Bessy dari dua arah berlawanan menyerang pasukan Gobius. Kapten yang berpengalaman dalam perang Eropa itu tumbang dengan luka tembak di paha kiri dan ditombak pada perut kiri. naas meniggal ditempat. ratusan pasukan Gobius mati dipantai Gorom. Kapten Walterbek menyusul membantu tetapi terlambat. Laksamana Straring menarik mundur pasukan dan kembali ke Banda.
Sejak saat itu, nyaris tak ada perlawanan berarti pasukan Belanda di Seram Timur sampai perebutan kembali tahta Nuku di Tidore.
Kekalahan Besar Belanda di Gorom adalah yang tidak dicatat dalam Sejarah Indonesia dan hilang dari ingatan kolektif orang Maluku, tapi tidak untuk orang-orang Tidore dan Pulau Gorom